Hello, I’m Yohanes Kusika
I am a seasonal blogger. I love to write about lessons I’ve had in my life as a child, husband, pastor, and father. So basically, it’s a journey of me to find answers in this world I am passing through. I hope you find a lesson or two in my writings. Blessings!



-
AKHIRNYA SEMUA HARUS KOMSEL KAN ? (PART 2)
finally, everyone starts small grouping (part two)

Hey, I suggest you read my first part about the small group in my previous blog. This one I wrote after a month and three weeks in quarantine. At this point, the new norm has already established to become normal. After this pandemic, there will be a major change in how we do small groups. what was once considered a difficulty now is considered normal, we are entering a new possibility that considers distance is not a problem. Soon we can have a small group member from all over the world.
That looks like amazing progress isn’t it? yes. if you already have a platform. A small group platform so that new leaders can be discipled and appointed. a platform where the young and the older generation can be secure to lead and follow one another, a place where the rookie can learn from the veteran and the other way around without being awkward. I am going to be straight to you all, this pandemic will not end any time soon and even though it ended, the world will never be the same again. Don’t get me wrong, I really want everything back to the way it used to be. I want to be able to go out freely and hang out with church member again. Let’s be open-minded and accept the truth that we all going to be moving from one conference app to another, from one online meeting to another. Gathering a large group of people will be the last thing to do in a time like this, things will get better, yes gradually so large crowed on Sunday service will not be our priority right now. So what we need to do right now? We prepare the platform for an online small group. Prepare for leaders training, mentoring, connecting every single day. Connect with people as many as we can through the internet. This is what we can do today. We give chances to our leaders so that they also can lead. trust is the most valuable thing in every ministry. we can only empower the one we trust.
Trust is, unfortunately, a scarce resource in most organizations. well, on the other hand, I have a strong belief that in most churches trust is plentiful. Sarcastic or not, the problem is now we have an opportunity to reach souls, and to wait until everything becomes normal again is not an option. there are no such things as perfect leaders, and there’re no such things as perfect mentors too. Let’s go back to the basic, Jesus told Peter to come and follow Him. If we can model if we can be an example I certainly think we can spot some of the potential leaders amidst our church members and start grooming them today. Relationship precedes ministry if we connect to most of our church members, grooming leaders is not a hard task. Start today, fish today, the end is near(er), and the harvest is plentiful. Start small (group) now!
-
Akhirnya Harus Komsel Kan ?
finally, everyone starts small grouping

dalam beberapa hari ini #stayathome saya menyadari beberapa hal telah berubah dalam kehidupan saya. there’s a new norm that perhaps will be the new norm even when this pandemic is over. Pertama, komunikasi menjadi sangat mudah, chat, video call, video conference ke semua orang. hampir semua orang yang saya kenal semua #stayathome, mereka semua available di waktu-waktu yang biasanya mereka tidak available. Kedua, semua orang tiba-tiba kembali kepada core circle mereka, family. hati bapa-bapa kembali pada anak-anaknya, dan hati anak-anak kembali kepada bapanya. ada pemulihan dan ada investasi waktu dari para bapa kepada anak-anaknya lebih daripada biasanya. belum ditambah mereka yang ibu-ibunya juga bekerja, hari-hari ini menjadi waktu-waktu yang akan dikenang selamanya oleh anak-anak. it’s a wonderful time, when mommy and daddy are at home and we play all the time. don’t waste it. Ketiga adalah semua orang (semua gereja) pada akhirnya berkumpul online dalam kelompok-kelompok kecil, ada yang bersama keluarganya, ada yang sesuai umurnya, ada yang seprofesi, ada yang sehobi tetapi pada akhirnya semua mengakui bahwa kelompok kecil adalah bentuk pengembalaan (juga).
Ya betul, tulisan ini tentang komsel atau kelompok sel. Sejak tahun 1999, pertama kali saya membaca buku “Home Cell Group Explotion” by Joel Comiskey saya sudah sangat tertarik dengan apa yang waktu itu baru pertama kali saya dengar, home cell group. waktu itu sangat sulit untuk memulai suatu komsel karena ini bukan sebuah pertemuan yang wajar saat itu. orang masih terbiasa untuk persekutuan doa, pendalaman Alkitab, atau bentuk-bentuk ibadah mini lainnya. konsep komsel di mana lepas dari liturgi tidak disukai oleh hampir semua gereja pada waktu itu. sebetulnya ini bukan masalah liturgi, tetapi masalah gaya/style “ibadah” yang menempel pada ibadah korporat/corporate worship atau kebaktian. Sementara komsel adalah komunitas yang lebih cair/liquid lepas dari segala kekakuan kebaktian atau ibadah. tetapi apakah komsel bukan ibadah ? tergantung bagaimana kita mendefinisikan ibadah itu sendiri. Menurut saya komsel juga ibadah, tentunya berbeda dengan corporate worship hari Minggu, masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya, dan masing-masing perlu untuk dihadiri. Hari Minggu selalu akan menjadi khotbah satu arah, komsel harus selalu banyak arah. Hari Minggu akan selalu ramai kerumunan orang, komsel harus terbatas. Hari Minggu akan selalu terkunci dengan tata cara, tradisi, rundown, apapun namanya itu adalah liturgi, sementara komsel harus fleksibel, cair dan mudah berubah bentuk.
Komsel adalah tentang berbagi hidup satu sama lain. komsel bukan kebaktian tengah minggu, atau kebaktian apapun. komsel bukan kelas pemuridan. komsel juga bukan kelompok hore yang kumpul-kumpul ga jelas. Komsel adalah perpanjangan tangan penggembalaan. Tujuannya ada dan jelas, membangun semua anggotanya supaya memiliki kehidupan yang berbuah lebat. A fruitful life, which can be achieved if every member contribute their life story to the group. Cellgroup is about relationship with a purpose, a purpose to build others to live a fruitful life. Back to sharing life, what kind of life ? A life that we living in as a christians in this world, hidup yang kadang susah, kadang mudah, kadang menyenangkan, kadang menyebalkan, tetapi selalu dilewati dengan iman. Nah bagaimana sharing kehidupan saja bisa membangun kehidupan orang lain ? karena orang lain jadi tidak perlu melewati apa yang kita lewati, terutama semua kesalahan-kesalahan kita. kedua jika kita berbagi tentang kehidupan kita, maka hari itu mungkin ada orang yang akan dikuatkan karena sudah lama dia bergumul tetapi dia tidak tahu orang lain juga bergumul tentang hal yang sama. As we grow in Christ, we also can help other people to grow. Word of God in the most applicable ways lived by the layman. Isn’t that iswhat the gospel is all about ? Maka terjadilah seperti apa yang gereja mula-mula lakukan. Bentuk ini membutuhkan seorang pengkhotbah, adalah baik jika kita memiliki banyak orang yang mumpuni dalam public speaking dan penggalian Firman Tuhan. Tetapi kenyataannya adalah jumlah itu sedikit dan memberikan tekanan yg besar pada pemimpin-pemimpin muda. Karena walaupun ada yg bisa berkhotbah, jika dibandingkan dengan pendetanya yang sudah belasan tahun berkhotbah tentu proses tidak akan mengkhianati hasil, tetapi akam memberikan rasa segan untuk mencoba dan belajar. Komsel tidak boleh berisi khotbah, tetapi sebuah talkshow yang organik yg diatur alur dan tujuan akhirnya oleh si pemimpin sel. Pemimpin sel tidak perlu jago berkhotbah, dia hanya perlu jago melempar pertanyaan dan sedikit latihan komunikasi. Persyaratan ini bisa diisi oleh banyak orang di gereja, sehingga gereja tidak akan kehabisan pemimpin/gembala.
Now if we agree on the form of a home cell group, the next problem is what should we do in the cell group meeting? The answer is a simple 2 words “got change”. First, ask yourself: what I got from the sermon/this passage? Explain that in sentences. The second one is change, ask yourself, after hearing this sermon/passage, what should I change in my life? That’s it. Anything else is just a gimmick. You can add ice breaker or game, yeah go ahead, but family doesn’t need that, new members would need it. You can add ups and downs testimony, yeah go ahead, but if you’re close enough, you’ll know their ups and downs on a daily basis, from the group chat. What I do in my cell group is just that simple “got change”, it works every time like magic. So second thing after the form is the content, if the content is good, people will come again bringing their friends. If the content can’t be delivered well people will never come back. A simple thing but mostly abandoned. We need to be intentional to prepare what kind of message we want to deliver, a punch line or a simple quote, or even a word (everything must be from the Bible).
The next one and last one is DO IT. this is a perfect time to do cell group. khususnya jika gereja Saudara belum memilikinya. ada banyak aplikasi online yang bisa membantu Saudara untuk bertemu secara virtual. Saya pribadi belum pernah merasakan seumur hidup saya, dalam beberapa hari ini sangat mudah untuk berhungan dengan orang-orang via semua aplikasi yang ada. WhatsApp, Instagram, LINE, ZOOM, Google Hangout, etc. Percayakan pada para pemimpin dibawah Saudara untuk memulai komsel, trust is the key in a succesful ministry. Kita tidak bisa hadir di semua komsel, maka kita perlu memberikan kepercayaan dan juga tuntunan bagaimana memulai, visi ke depan dan arahan. Tentu membuat strategi dan hierarki supaya pengawasan tetap ada dan tetap dalam koridor pengajaran dan aplikasi yang lurus (sound doctrine) adalah penting. tetapi memulainya adalah jauh lebih penting. manfaatkan waktu-waktu ini untuk sebuah kebangkitan di gereja Saudara. revival is near. Blessings to everyone, stay healthy, stay home!
posted on March 31st, 2020
-
We are in trouble

January 17th 2020, was the day i will never forget. The day when all our prayers has been answered in form of a noisy tiny baby we named Aimee Renata Kusika. This is the story about what had happened to us in the first month as a parents. One disclaimer statement, i love my baby and i will always will. It doesn’t change the fact that she catches us by surprise and has been playing with our patience and stress level. Dalam waktu sepuluh tahun saya dan istri menikah, kita membangun banyak kebiasaan baik (setidaknya menurut kami itu baik) seperti sarapan bersama yang hampir selalu terjadi. Ada nilai dibalik sarapan berdua di meja makan yang tidak besar, small, simple but rich in quality talk. Ada banyak hal yang bisa diobrolin di meja makan sambil sarapan, kegiatan hari itu, kegiatan kemaren, update kerjaan masing-masing, dan yah sekedar catching up whatever not yet spoken on last night pillow talk. Dalam satu bulan sejak Aimee hadir … there’s no more breakfast time together. Our world has turned around in the way we never had imagine before. Yes we never had imagined, we prepared ourselves so much for the day Aimee arrived, but not on what would happen next. Kita begitu khawatir dan spent energy dan iman dan doa hanya berfokus pada apa yang akan terjadi saat kelahiran itu tiba. I was there at the delivery room, standing in awe when she cried with her loud voices and strong lungs, with a big question on my mind, now what ?
Dan itulah yang terjadi kemudian, malam pertama sebagai orang tua kami lewati dengan Aimee teriak-teriak dan kita ga tahu harus ngapain … browsing : newborn parenting for dummies was not really helping. Thank God itu masih di hospital, bidan dan suster dateng tanpa perlu dipanggil saking kerasnya suara tangis Aimee. Begitu pulang ke rumah, (not that we didn’t grateful with the fact she may go home, whilst so many babies must stay because their liver is not fully functioned yet.) drama continues … but we survived. Each time i took a picture with milestone card, it’s really for our milestone and not Aimee’s. Sampai hari ini, we survived, yah iyahlah. Tidak sesulit itu punya bayi, enjoyable and stressful, but it’s a fun ride. Tapi juga ga segampang itu dan juga ga bisa dianggep enteng dan babyblues for mommies is somehow deadly for me. Ditengah-tengah kelelahan dan sleep deprived juga harus support moral Rika karena dia takes all of this very personal dan dia in high stress karena dia sayang banget sama Aimee. What i am trying to say is our world has been turned upside down by a tiny baby who we love so much. Apa yang terjadi 21 kali akan menjadi habit, dan habit akan berubah menjadi budaya jika terus menerus dilakukan. Dalam 21 hari pertama, kehidupan kita sebagai orang tua kita kehilangan waktu berdoa bersama as a family, waktu baca alkitab bersama as a family, waktu bekerja, waktu maen game, waktu tidur dan banyak lagi perubahan-perubahan lain. Not that i complain, this story is not about that, this is about me and Rika had lost our conversation and time together. This writing is about what we has cultivated for 10 years, suddenly shifted (shift, not gone) to a new habit and if we don’t do anything about it, this might lead to a new wrong habit and destroying our relationship bit by bit.
Saya membayangkan bagaimana dengan mereka yang setelah menikah dan tidak lama kemudian lansung hadir seorang anak, the joy is there i know, but i am thinking, if what happened to us after 10 years of marriage can disturb our relationship, imagine what could happen for all the newlyweds with babies. Saya tidak sedang mendiskreditkan mereka yang baru menikah dan punya anak. If you felt that way, i am sorry but you get me wrong. Saya sedang berusaha memberikan sebuah pemikiran untuk semua yang sedang menantikan hadirnya seorang anak untuk bersiap-siap jika waktunya tiba, ini bukan tentang bayi itu sehat dan bertumbuh saja, tetapi juga tentang hubungan suami dan istri yang baru saja naik pangkat dengan segudang tanggung jawab ke bapa dan ibu. Empty cup cannot pour, without a healthy relationship between the-father and the-mother, children can not grow in love. Tanpa kasih, pertumbuhan bisa saja terjadi tetapi hanya secara fisik. I am writing this because i know that we are in trouble, and that is good. Karena kita tahu kita dalam masalah, kita bisa set a new set of habit, create boundaries apa yang bisa dan tidak bisa, atur apa yang menjadi prioritas dalam hubungan saya dan istri sehingga kita berdua bisa tetap dalam kondisi yang baik secara hubungan.
Because i love my wife, i want to build a healthy family. It was her, is and will be her the number one girl in my life. Aimee will fill in the next position. You might want to do the same with your wife too. Blessings!
For those still expecting a child and struggling, prepare your relationship foundation now, your time will come, i am praying, your time is coming soon.
posted on Feb 28th, 2020
-
Penolong yang Sepadan

This year is our tenth wedding anniversary. I just want to share with you all about how we enjoy all the journey and all the rollercoaster ride. a little background story, me and my wife are (still are) two different poles. She is introvert, I’m extrovert, she is neat, I am clumsy. She scored all the different letters in the Myers-Briggs test (known as MBTI too) with me. We are different. That’s why we complete each other, I am not saying this because it’s a good thing to say, but because it is the truth. But I want to tell you the side story, it was not always like that. We know that we complete each other since like forever, but yet no, we don’t want to give in like so easy. Do you know to complete each other is like to give all your good side and also the bad side because it’s one package?. Saat kita memberikan seluruh keberadaan kita dalam sebuah hubungan, kita memberikan seluruhnya, tidak hanya yang baik tetapi juga semua yang kurang baik, kenapa ? karena itu tidak terthindarkan. Saya bahkan tidak mengetahui bahwa itu buruk sebelum istri saya mengatakannya. When she pointed it out, I was surprised. I never knew that being dominant is wrong. well, being dominant is okay, while at the same time it demands things should work my way. I also have a strong voice, which often misinterpreted. And the list will continue … while my wife is a pure introvert, she’s independent and not clingy which is also means she values our time together very much and doesn’t really attract to a large group. So bottom line is we married a “whole-package” person with their advantages and disadvantages, with their good habit and also the bad one, their best qualities and the worse one. Nobody’s perfect.
Jadi gimana kita bisa menerima secara utuh pasangan kita ? Well saya tidak menerimanya, saya menikmatinya. Sebuah keputusan yang saya ambil dari sejak masa pacaran. Saya dan Rika berpacaran 5 tahun, dan ada waktu 2 tahun sebelum masa berpacaran itu yang cukup dekat tetapi belum pacaran, jadi total sudah 17 tahun saya mengenal dekat Rika. Konsep saya dalam berpacaran / courtship adalah bahwa Allah tidak memberikan jodoh selain kepada Adam manusia pertama. Hanya Adam yang “disodori” oleh Tuhan pasangannya. (Kemudian di protes pula “perempuan yang Kau tempatkan disisiku, dialah yang memberi buah pohon itu …) Hanya Adam yang “dijodohkan” oleh Tuhan, sisanya dalam seluruh Alkitab tidak ada lagi kisah pasangan yang “dijodohkan”. Dengan konsep itu saya belajar untuk bertanggung jawab dengan pilihan saya atas teman hidup saya sepenuhnya dalam arti, saya yang milih, saya yang suka, saya menyatakan cinta, diterima, seluruh konsekuensinya akan saya tanggung. Tentunya dalam semua proses itu adalah dalam pertolongan dan perkenan Tuhan juga but you all know what i meant. Sejak saya mengatakan saya tertarik dan meminta Rika menjadi teman hidup saya, saya tahu bahwa cinta ada hanya untuk waktu yang terbatas (saya bahas itu nanti), tetapi commitment dan acceptance itu harus tidak terbatas. Penerimaan dan komitmen harus ada di sana untuk waktu yang sangat lama, karena itu waktu memilih Rika saya tidak masalah dengan rupa dan outer look nya, she’s pretty since then until today. Saya bermasalah dengan komitmen dan penerimaan saya dengan pribadinya, saya berperkara dengan diri saya sendiri apa dia adalah perempuan yang tepat untuk menolong saya? Pertanyaan itu diuji terus menerus sampai saya memutuskan untuk menikah. Pacaran menjadi tempat “bertempur” pemikiran kami, “is she/he the right one ?” Because it’s not up to God’s, it’s up to us, we bear the responsibility of a free will so we must be wise and close to God. Setelah pertimbangan emosi, rasio dan pola asuh, latar belakang pendidikan, visi misi dan lain-lain, kita berdua memutuskan untuk bersatu dan tidak akan berpisah lagi
Setelah kita menjadi satu dalam pernikahan, tidak ada lagi “pertempuran” dan keraguan dalam hati, pemikiran dan tingkah laku saya dalam semua perbedaan-perbedaan kami. Dalam musim ini, tidak ada lagi saya, yang adalah kami. Karena itu saya tidak lagi berusaha mengubah Rika untuk menjadi seperti yang saya mau, saya menerima dia dengan utuh, kebaikan dan keburukannya. Saya ajak dia juga untuk menyelami pemikiran dan konsep ini dan ikut melakukannya. Again … she is not me, and i am not her, and now there’s no I but us. Is it easy to accept a person completely ? Of course NO! But if you love your partner, it will give you a reason worth fighting for. Makanya kalo pacaran tuh cek apa kita bisa terima pasangan kita seutuhnya atau tidak, karena komitmen itu tidak akan kadaluarsa. Amsal 4:23, jagalah hatiMU dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Jaga hati sendiri, ga ada kewajiban saya harus harus jaga hati Rika, jaga hati sendiri ajah biar damai sejahtera selalu ada. Sama seperti jaga hati sendiri ajah sulit, maka berharap orang lain berubah juga sulit. dalam sebuah hubungan mengharapkan orang berubah adalah sia-sia dan bodoh. Urus perubahan diri sendiri, berusaha jadi versi lebih baik day by day, ga ada urusan apakah pasangan saya ada perubahan ato tidak. Ini bukan transaksi, saya mau berubah lebih baik karena saya mengasihinya. Kalo fokus kita pada mengasihi, saya rasa tuntutan bisa hilang, sehingga jalan berdua bisa lebih baik. At least itu yang kami berdua rasakan dan jalankan from day one to this ten years of walking together. Rasa cinta / kasih bisa hilang (yes bisa banget) tapi komitmen yang dibuat berdua ga bisa hilang begitu saja, karena kalo hilang, artinya semua kata-kata yang pernah keluar dari mulut yang sama juga dipertanyakan kebenarannya. Rasa cinta harus dipupuk, harus dikerjakan, kasih tidak ada terus secara otomatis tetapi perlu tindakan nyata day by day, hour after hour, minute by minute. Kedua belah pihak membutuhkan ini, saya bukan hanya menulis untuk para laki-laki tapi juga perempuan. Love need to be showered in order to stay. Laki-laki dan perempuan punya cara yang berbeda untuk menyatakan kasih, saya rasa dalam hal ini saya hanya bisa bilang, kalo peryataan kasih dan tindakan kasih harus bisa dinilai oleh yang menerima juga dan bukan hanya dari yang memberi. Trust me, semua orang maunya diperhatikan dan dikasihi, tidak ada satupun yang ingin menjadi subject melakukannya. Apabila anda keberatan dengan ini, maka saya anjurkan berhenti membaca and don’t even bother to have a real relationship. Siapa yang paling tahu bagaimana menyenangkan dan juga mengecewakan pasangan kita ? Yah tentu kita sendiri. Saya tahu betul apa yang bisa membuat istri sana senang, dan saya juga tahu betul apa yang akan membuatnya sedih dan kecewa. Apakah saya pernah sengaja membuatnya sedih dan kecewa ? Kalo sengaja tidak. Kalo tidak sengaja sering, 17 tahun mengenalnya, tidak membuat saya mengerti dia sepenuhnya sampe hari ini, I’ve known her better, better than anyone else maybe, but completely … well that’s gonna need a “little” more time. But it’s a fun journey, because i love her, when she’s sweet and when she’s cranky. HOW COME ? one of the reason is because she loves me too, when I am easy and when I am iritating. we are the same, sama-sama gila, sama-sama rese dan sama-sama nyebelin. Saya rasa kuncinya ada pada penerimaan seseorang secara utuh, dengan kesadaran penuh bahwa kitapun tidak sempurna. kiss your partner, and accept them completely. blessings!
posted on Dec 7th, 2019

About Me
Firstborn of the clan Kusika, husband to a beautiful Rika and Father to a gorgeous Aimee. We are initially from Bandung and served at the homiest place called The House, IFGF BANDUNG. Today, we are pastoring the most fun people on the entire island of Singapore, IFGF SINGAPORE and the most fun people on the entire island of Bali, IFGF KUTA BALI.

