Tulisan ini lanjutan dari tema yang sama di blog sebelumnya. you might want to check the part 1.

hari ini tepat hari ke 50 sejak terakhir kali saya keluar rumah untuk beraktivitas normal. Define normal ? Nowadays normal is no longer normal, and the new normal is still constantly changing. Dan sepertinya gereja tidak akan pernah kembali sama seperti dulu lagi. Dulu saya sering mendengar tentang bagaimana kita tidak boleh untuk jalan-jalan ke gereja lain walaupun hanya sekedar jalan-jalan. I am 100 % agree. walaupun perlu tahu tentang gereja lain untuk saling belajar dan memperbaiki diri. Itu sebabnya saya memiliki banyak sekali teman yang berlainan gereja. Saya dididik ditengah komunitas yang baik yang justru ingin melindungai saya dari “api asing”. Tidak ada salahnya untuk memperingati seseorang untuk tidak sembarangan bergaul bukan ? Saya akan melakukan hal sama pada anak saya kelak. Banyak orang yang berpendapat semua gereja sama aja, well saya rasa tidak. Semua gereja baik, semua gereja membuat kita semakin bertumbuh, semua gereja kan Tuhan nya sama … yahh … benar dan tidak. Mengapa tidak ? karena manusia diciptakan berbeda dan tidak bisa diseragamkan. Kita bukan robot yang bisa dicetak, dan diprogram sehingga setiap input akan menghasilkan output yang sudah direncanakan. Manusia memiliki kehendak bebas, sejak seorang manusia itu mampu memilih, dia telah membuat dirinya berbeda dengan semua manusia lain walaupun pilihan-pilihannya mungkin kelihatan sama. Jika dua orang kembar identik saja akan memiliki kesukaan dan kebiasaan berbeda, lalu kenapa mereka harus tertanam di gereja yang sama dan diharapkan memiliki buah yang sama ?
Hey please read until it finishes before you judge me. Saya menentang orang pindah-pindah gereja, saya juga tidak setuju dengan orang yang selalu melompat-lompat dari satu gereja ke yang lain tanpa pernah selesai dalam proses pendewasaan mereka. My point is not everyone belong to the same church. walaupun mungkin sejak lahir ada di gereja itu, walaupun sejak remaja dia bertumbuh di gereja itu. Karena kita belum tentu cocok dengan gereja kita. Let me put it this way, dalam pergaulan kita, ada kelompok orang yang kita suka dan kita luangkan waktu dengan mereka lebih dan ada kelompok yang okay, kita suka dengan mereka, tetapi tidak terlalu nyambung, kita tidak benci, cuma beda ajah. Bersama kelompok yang kedua tentunya kita tidak meluangkan waktu lebih banyak, kita bisa saja hang out bersama mereka tetapi just okay. I think you all got it, this is not about who’s wrong and right, this is about right and right, and between those right options, I will choose one because that’s where i belong. Well i can go on writing about belonging for 4 pages, but i know all of you get what I mean.
Now the real issue, after this pandemic the church will never be the same again. Karena selama karantina kita bisa keliling ke semua gereja, di manapun. Online service menjadikan semua gereja terbuka, tidak ada lagi “untuk kalangan sendiri”. sekarang semua orang mencicipi “api asing”, semua orang mampu menilai dan menimbang apakah saya akan tetap berada di gereja saya yang sebelumnya atau saya akan memilih gereja baru untuk saya bertumbuh. Yes, this is happening, apa yang harus gereja lakukan ? Gereja perlu bersiap untuk menjadi unik, seunik panggilannya dalam tubuh Kristus. saya percaya semua gereja dipanggil keluar (ekklesia) keluar dari zona nyamannya. Tetapi semua gereja juga memiliki panggilan yang unik dalam konteks tubuh Kristus. Tidak ada gereja yang bisa menjangkau semua golongan semua lapisan dan semua latar belakang. Pada akhirnya setiap Gereja akan memiliki warna dan menarik orang-orang yang berwarna sama. Every church need to be unique in their calling but not in doctrine. Warna yang saya maksudkan bukan doktrin, bukan pondasi, tetapi tata cara, pola pikir, sudut pandang, nilai-nilai, dan kebiasaan. Semua hal ini yang kemudian akan menentukan kemana panggilan gereja sebagai tubuh Kristus. (please deh jangan bahas doktrin, kalo suka terusin baca, kalo ga suka ga usah baca, ga usah follow. simpel.)
So I think, kita boleh-boleh saja hadir di semua online service, tapi tidak semua online service gereja-gereja lain itu bisa membantu kehidupan kita, Firman Tuhan yang disampaikan mungkin sama, tetapi akan berbeda dalam penerapannya tergantung pada warna dan keunikan dari tiap-tiap gereja. segala sesuatu itu diperbolehkan, tetapi tidak segala sesuatu itu membangun. Apabila dari tulisan ini Anda memutuskan untuk pindah gereja karena sudah mencicipi online service di gereja lain, usul saya rethinking! Karena belum tentu Anda sewarna dengan mereka, belum tentu kebiasaan-kebiasaan sama, budaya sama, bacandanya sama dll. Di lain pihak yes kadang-kadang kita perlu merubah warna jika itu bisa membangun dan membuat kehidupan kita semakin berbuah.
This is all had happened to me, few years ago, saya dan istri saya bergumul bertahun-tahun. Kita tidak terburu-buru, kita memikirkan segala sesuatu karena pilihannya bukan benar atau salah, siapa yang lebih baik atau siapa yang kurang baik. Tidak semua gereja sama. Tidak ada gereja yang sempurna. pikirkan baik-baik. Support your local Pastor and Church, they gonna need you the most after this pandemic over. Let us be a fisher of men, don’t be a church hopper.
Leave a comment