Bedanya Share-Firman dan Share-Hidup

Dalam kelompok kecil atau small group banyak dari kita yang kemudian terjebak dalam pola ibadah. Praise and worship 20 menit, share Firman Tuhan 45 menit, dan berdoa 15 menit. Dengan kesaksian, ups and downs, ice breaker dan lain lainnya hanya menjadi sekedar selingan. Don’t get me wrong, there’s nothing wrong in doing all the liturgy of a service in your small groups, it just you have another service now but small. Depends on what you’re aiming with small groups, if your aim is another service then keep doing it, you’re on the right track. But if your aim is not another service, then keep reading, this blog is for you. People come to small group because they need community. Banyak small group leader mengejar hal yang kurang tepat, mereka merasa bahwa small group itu tentang khotbah yang baik, yang berisi dengan pelajaran Firman Tuhan yang mendalam, perfect hermeneutics and homiletics. Hal ini juga boleh jadi benar jika yang kita kejar adalah bible study. From my point of view, small groups existing karena orang-orang memerlukan sebuah kepastian bahwa Firman yang mereka dengar di hari Minggu itu BISA diterapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mereka perlu memastikan bahwa ada banyak orang lain juga yang mengalami pergumulan yang sama ataupun mirip dengan mereka, just to make sure that they are sane enough. Dalam small group, tujuan inilah yang harus dicapai. Bagaimana kita membuat sebuah atmosphere dimana semua orang kebagian bicara dan membagikan kehidupan mereka. Membagikan kehidupan mereka, bukan kesaksian tentang apa yang mereka berhasil lakukan saja, tetapi tentang kesalahan, kegagalan, pergumulan, hal-hal yang mereka tidak mengerti, setengah mengerti, beban kehidupan mereka, dll. It’s about sharing life, about doing life together. lewat membagikan kehidupan kita, ada banyak orang lain yang mendengar akan relate dengan kehidupannya.

Apa perbedaannya dengan membagikan Firman Tuhan dalam small group ? well perbedaan yang paling terasa adalah yang satu teori dan satunya lagi praktek. Dalam menerima Firman Tuhan kita menyadari bahwa Firman itu tidak bisa didebat, tidak bisa dilawan, tidak bisa ditawar dan seringkali susah untuk dilakukan. Sehingga Firman itu sebaik apapun dalam penyampaiannya sering hanya menjadi head knowledge saja. ini bukan masalah baru, Yakobus saudara Tuhan Yesus dalam suratnya mengajarkan, “but don’t just listen to God’s word. You must do what it says. Otherwise, you are only fooling yourselves”. since new testament time, there’s a lot of Christians living their lives, just as a listener. They’ve listened and they understood the Word, but they were failed in the doing part. like most of us today, kita ngerti Firman Tuhan, tapi waktu menjalankannya adalah lain cerita. itu sebabnya dalam mempraktekan Firman itu kita membutuhkan komunitas. komunitas yang dapat bersama-sama belajar untuk melakukan Firman baik ataupun tidak waktunya, sulit ataupun mudah, di mana saja dan kapan saja. komunitas yang bisa memberikan rasa aman saat kita bercerita tentang melakukan Firman itu tetapi masih belum berhasil. komunitas yang meng-encourage untuk terus mencoba karena mereka juga melakukan hal yang sama. ini perbedaan yang paling kentara dari Sharing-Firman dan Sharing-Hidup. Ini adalah tempat dimana Firman itu menjadi hidup, karena dihidupi oleh mereka-mereka yang berusaha menjalankannya tanpa ada tuduhan, pandangan sinis dan jari-jari yang menunjuk. Firman yang mendarat menjadi kehidupan.

posted May 23rd, 2019

Posted in

Leave a comment