finally, everyone starts small grouping

dalam beberapa hari ini #stayathome saya menyadari beberapa hal telah berubah dalam kehidupan saya. there’s a new norm that perhaps will be the new norm even when this pandemic is over. Pertama, komunikasi menjadi sangat mudah, chat, video call, video conference ke semua orang. hampir semua orang yang saya kenal semua #stayathome, mereka semua available di waktu-waktu yang biasanya mereka tidak available. Kedua, semua orang tiba-tiba kembali kepada core circle mereka, family. hati bapa-bapa kembali pada anak-anaknya, dan hati anak-anak kembali kepada bapanya. ada pemulihan dan ada investasi waktu dari para bapa kepada anak-anaknya lebih daripada biasanya. belum ditambah mereka yang ibu-ibunya juga bekerja, hari-hari ini menjadi waktu-waktu yang akan dikenang selamanya oleh anak-anak. it’s a wonderful time, when mommy and daddy are at home and we play all the time. don’t waste it. Ketiga adalah semua orang (semua gereja) pada akhirnya berkumpul online dalam kelompok-kelompok kecil, ada yang bersama keluarganya, ada yang sesuai umurnya, ada yang seprofesi, ada yang sehobi tetapi pada akhirnya semua mengakui bahwa kelompok kecil adalah bentuk pengembalaan (juga).
Ya betul, tulisan ini tentang komsel atau kelompok sel. Sejak tahun 1999, pertama kali saya membaca buku “Home Cell Group Explotion” by Joel Comiskey saya sudah sangat tertarik dengan apa yang waktu itu baru pertama kali saya dengar, home cell group. waktu itu sangat sulit untuk memulai suatu komsel karena ini bukan sebuah pertemuan yang wajar saat itu. orang masih terbiasa untuk persekutuan doa, pendalaman Alkitab, atau bentuk-bentuk ibadah mini lainnya. konsep komsel di mana lepas dari liturgi tidak disukai oleh hampir semua gereja pada waktu itu. sebetulnya ini bukan masalah liturgi, tetapi masalah gaya/style “ibadah” yang menempel pada ibadah korporat/corporate worship atau kebaktian. Sementara komsel adalah komunitas yang lebih cair/liquid lepas dari segala kekakuan kebaktian atau ibadah. tetapi apakah komsel bukan ibadah ? tergantung bagaimana kita mendefinisikan ibadah itu sendiri. Menurut saya komsel juga ibadah, tentunya berbeda dengan corporate worship hari Minggu, masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya, dan masing-masing perlu untuk dihadiri. Hari Minggu selalu akan menjadi khotbah satu arah, komsel harus selalu banyak arah. Hari Minggu akan selalu ramai kerumunan orang, komsel harus terbatas. Hari Minggu akan selalu terkunci dengan tata cara, tradisi, rundown, apapun namanya itu adalah liturgi, sementara komsel harus fleksibel, cair dan mudah berubah bentuk.
Komsel adalah tentang berbagi hidup satu sama lain. komsel bukan kebaktian tengah minggu, atau kebaktian apapun. komsel bukan kelas pemuridan. komsel juga bukan kelompok hore yang kumpul-kumpul ga jelas. Komsel adalah perpanjangan tangan penggembalaan. Tujuannya ada dan jelas, membangun semua anggotanya supaya memiliki kehidupan yang berbuah lebat. A fruitful life, which can be achieved if every member contribute their life story to the group. Cellgroup is about relationship with a purpose, a purpose to build others to live a fruitful life. Back to sharing life, what kind of life ? A life that we living in as a christians in this world, hidup yang kadang susah, kadang mudah, kadang menyenangkan, kadang menyebalkan, tetapi selalu dilewati dengan iman. Nah bagaimana sharing kehidupan saja bisa membangun kehidupan orang lain ? karena orang lain jadi tidak perlu melewati apa yang kita lewati, terutama semua kesalahan-kesalahan kita. kedua jika kita berbagi tentang kehidupan kita, maka hari itu mungkin ada orang yang akan dikuatkan karena sudah lama dia bergumul tetapi dia tidak tahu orang lain juga bergumul tentang hal yang sama. As we grow in Christ, we also can help other people to grow. Word of God in the most applicable ways lived by the layman. Isn’t that iswhat the gospel is all about ? Maka terjadilah seperti apa yang gereja mula-mula lakukan. Bentuk ini membutuhkan seorang pengkhotbah, adalah baik jika kita memiliki banyak orang yang mumpuni dalam public speaking dan penggalian Firman Tuhan. Tetapi kenyataannya adalah jumlah itu sedikit dan memberikan tekanan yg besar pada pemimpin-pemimpin muda. Karena walaupun ada yg bisa berkhotbah, jika dibandingkan dengan pendetanya yang sudah belasan tahun berkhotbah tentu proses tidak akan mengkhianati hasil, tetapi akam memberikan rasa segan untuk mencoba dan belajar. Komsel tidak boleh berisi khotbah, tetapi sebuah talkshow yang organik yg diatur alur dan tujuan akhirnya oleh si pemimpin sel. Pemimpin sel tidak perlu jago berkhotbah, dia hanya perlu jago melempar pertanyaan dan sedikit latihan komunikasi. Persyaratan ini bisa diisi oleh banyak orang di gereja, sehingga gereja tidak akan kehabisan pemimpin/gembala.
Now if we agree on the form of a home cell group, the next problem is what should we do in the cell group meeting? The answer is a simple 2 words “got change”. First, ask yourself: what I got from the sermon/this passage? Explain that in sentences. The second one is change, ask yourself, after hearing this sermon/passage, what should I change in my life? That’s it. Anything else is just a gimmick. You can add ice breaker or game, yeah go ahead, but family doesn’t need that, new members would need it. You can add ups and downs testimony, yeah go ahead, but if you’re close enough, you’ll know their ups and downs on a daily basis, from the group chat. What I do in my cell group is just that simple “got change”, it works every time like magic. So second thing after the form is the content, if the content is good, people will come again bringing their friends. If the content can’t be delivered well people will never come back. A simple thing but mostly abandoned. We need to be intentional to prepare what kind of message we want to deliver, a punch line or a simple quote, or even a word (everything must be from the Bible).
The next one and last one is DO IT. this is a perfect time to do cell group. khususnya jika gereja Saudara belum memilikinya. ada banyak aplikasi online yang bisa membantu Saudara untuk bertemu secara virtual. Saya pribadi belum pernah merasakan seumur hidup saya, dalam beberapa hari ini sangat mudah untuk berhungan dengan orang-orang via semua aplikasi yang ada. WhatsApp, Instagram, LINE, ZOOM, Google Hangout, etc. Percayakan pada para pemimpin dibawah Saudara untuk memulai komsel, trust is the key in a succesful ministry. Kita tidak bisa hadir di semua komsel, maka kita perlu memberikan kepercayaan dan juga tuntunan bagaimana memulai, visi ke depan dan arahan. Tentu membuat strategi dan hierarki supaya pengawasan tetap ada dan tetap dalam koridor pengajaran dan aplikasi yang lurus (sound doctrine) adalah penting. tetapi memulainya adalah jauh lebih penting. manfaatkan waktu-waktu ini untuk sebuah kebangkitan di gereja Saudara. revival is near. Blessings to everyone, stay healthy, stay home!
posted on March 31st, 2020
Leave a comment